Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan
para sahabatnya.
Dari Tsauban Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir saja para umat (yang
kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana
mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang
bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?”
Rasulullah bersabda,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian
bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut
pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian
seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut
mati.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Wahn merupakan penyakit yang menjangkiti umat ini secara indvidu
maupun komunitas. Penyakit ini menjerumuskan umat ke dalam kekalahan dan
kehinaan.
Makna Wahn
Secara bahasa wahn bermakna dha’f (lemah), baik secara
materi atau maknawi, menimpa pribadi atau kolektif. Wahn juga bisa diartikan jubn (takut
atau pengecut), namun ia masih bagian dari dha’f. Seperti Wahana al-Rajul,
maksudnya: ia takut saat berjumpa musuh.
Al-Qur'an telah menggunakan makna ini dalam beberapa ayat, di
antaranya:
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
“Ia (Zakaria) berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku
telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa
dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.” (QS. Maryam: 4)
كَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا
“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula)
menyerah kepada musuh).”QS. Ali Imran: 146)
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika
kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan
(pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa
yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al-Nisa’: 104) maknanya: jangan jadi pengecut.
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqman: 14)
Makna Istilahi
Makna Wahn dalam hadits di atas dijelaskan langsung oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam, yaitu cinta dunia dan takut mati. Wahn dalam hadits di atas
berposisi sebagai hukuman (ekses/dampak). Bisa juga ia berposisi sebagai hal
(kondisi) kaum muslimin saat itu.
Hukuman atas hal itu ada dua macam: Pertama, dicabutnya rasa gentar
dalam hati musuh. Kedua, ditimpakan wahn dalam diri muslim. Keduanya
menyebabkan kondisi kaum muslimin terhina dalam segala sektor. Laksana buih
yang tak memiliki nilai di hadapan umat-umat lain.
Hakikat Wahn
Penyakit ini memiliki dua indikasi. Pertama, cinta dunia. Kedua
takut mati. Satu dengan yang lain memiliki pengaruh.
Cinta dunia berarti: sangat tinggi obsesi terhadapnya, hati
bergantung kepadanya, terlalu jauh mengagumi keindahan dan kemewahannya,
berjalan di belakangnya, sangat rakus terhadapnya, angan-angan dan cita-cita
terpusat kepadanya, puncak harapan ada padanya, merasa kekal di dunia, dan
terus menumpuk-numpuk harta kekayaannya.
Dampaknya: sibuk mengumpulkan harta, menempuh segala cara
mendapatkannya yang halal maupun haram, meninggalkan jihad, kikir dan bakhil,
rakus dan thama’, curang dalam mu’amalat, dan sebagainya.
Sedangkan takut mati adalah konsekuensi bagi orang yang sangat
cinta dunia. Seseorang yang sangat cinta dunia pasti ia takut menghadapi
kematian yang akan menghilangkan kenikmatan-kenikmatan yang diimpikannya.
Takut mati menjadikan seseorang berusaha mendapatkan kemakmuran
hidup dengan segala cara, menghindari ketaatan yang beresiko kematian atau
berkurang kekayaan, tidak pernah bersiap-siap untuk hadapi kematian, tidak
menyiapkan bekal kebaikan untuk kehidupan sesudah kematian, terlalu larut
menikmati dunia, berusaha memuaskan syahwatnya, dan sebagainya.
Terapi:
Menguatkan iman, khususnya kepada Allah dan hari akhir.
Memahami hakikat dunia dan fitnah-fitnahnya.
Melazimi amal-amal shalih dan amal kebajikan dengan harapan
akhirat.
Banyak berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari fitnah dunia.
Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
No comments:
Post a Comment